Jumat, 16 November 2012

Sejarah Agama Hindu; Interaksi dengan Peradaban Dravida, Arya dan Peradaban dan agama lembah sungai Indus



I.       Pendahuluan
Sebelum mengupas habis tentang Agama Hindu, terlebih dahulu kita perlu membicarakan bangsa yang menganut dan membawanya. Sejarah merupakan faktor penting dalam memahami sebuah agama, termasuk Agama Hindu. Dengan begitu bisa mengetahui latar belakang berdirinya dan keadaan sosial, politik maupun spiritual yang terjadi saat itu.
Maka setidaknya itulah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini, meskipun didalamnya hanya menyinggung sebagian kecil dari sejarah munculnya Agama Hindu sejauh pemahaman pemakalah dari sumber yang tersedia.
II.      Peradaban Bangsa Dravida dan Bangsa Arya
India termasuk salah satu tonggak peradaban tertua di dunia dengan situsnya di sekitar lembah Sungai Indus. Dari penemuan fosil-fosil, tampak bahwa di daerah itu terdapat dua tipe penduduk. Pertama, penduduk asli dengan ciri-ciri: kulit gelap, kecil dan pendek, hidung lebar dan pesek dengan bibir tebal menonjol. Keturunan dari tipe ini sampai sekarang masih dapat kita jumpai di antara kasta rendah masyarakat India. Kedua, mereka yang seketurunan dengan suku Mediteranian. Ini berhubungan erat dengan orang-orang yang hidup pada masa pradinasti di Mesir, Arab, dan Afrika Utara. Kulit mereka lebih terang, berbadan tegap, hidung mancung, dan bermata lebar[1].
A.    Bangsa Dravida Suku Asli India
Bangsa-bangsa yang peradabannya mirip dengan kebudayaan bangsa Sumeria di daerah Sungai Eufrat dan Tigris, telah menetap di Lembah Sungai Sindhu (Indus) antara 3000 tahun sampai 2000 tahun Sebelum Masehi. Berbagai cap dari pada gading dan tembikar yang ada tanda-tanda tulisan dan lukisan-lukisan binatang, menceritakan kepada kita adanya persesuaian di dalam peradaban tersebut[2].
Sisa-sisa kebudayaan di Lembah Sungai Indus, terutama terdapat di dekat kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara Karachi. Orang-orang di kota tersebut telah mempunyai rumah-rumah yang berdinding tebal dan bertangga. Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai “bangsa Dravida”[3]. Mereka adalah bangsa-bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting.
Pada mulanya mereka tinggal di seluruh negeri, zaman ini sering disebut zaman Chalcolithic [4]. Tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena di sebelah utara mereka hidup sebagai orang taklukan dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu.
Peradaban lembah Indus pernah berlangsung di lembah Sungai Indus sejak 3.000-500 SM. Mungkin dimulai sebagai penggembala yang pindah ke lembah sungai selama musim dingin. Seiring waktu, mereka mungkin telah memutuskan untuk bercocok tanam. Mereka mulai berdagang dengan perahu sepanjang Indus turun ke Laut Arab, ke Teluk Persia, dan naik Tigris dan Efrat ke Mesopotamia[5].
B.     Bangsa Arya di India
Dalam kamus New Oxford Dictionary 2009, menyebutkan bahwa Arya berart[6]i; a member of a people speaking an Indo-European language who invaded northern India in the 2nd millenniumbc, displacing the Dravidian and other aboriginal peoples
Sekitar 1.500 tahun SM, bangsa Arya sebagai pejuang dan gembala yang tangguh, berpindah ke selatan menyeberangi Pegunungan Hindu Kush untuk berdiam di anak benua India. Bencana alam berupa musim kemarau atau wabah penyakit, atau perang saudara memaksa bangsa Arya meninggalkan kampung halaman di Rusia selatan. Mereka menyebar ke Anatolia, Persia, dan India. Mereka hidup dalam rumah-rumah kayu di desa terpencil, tidak seperti penduduk kota yang tinggal dalam rumah-rumah berbatu bata di lembah Sungai Indus[7].
Mungkin sekali bangsa-bangsa Arya itu, ketika mereka masuk ke India, kurang beradab dibandingkan bangsa Dravida yang ditaklukkannya. Tetapi, mereka lebih unggul di dalam ilmu peperangan dibandingkan bangsa Dravida. Pada waktu bangsa Arya masuk ke India, Mereka itu masih merupakan bangsa setengah nomaden (pengembara), yang baginya peternakan lebih dibutuhkan daripada pertanian. Bagi bangsa Arya, kuda dan lembu adalah binatang-binatang yang sangat dihargai sehingga binatang-binatang tersebut dianggap suci. Dibandingkan dengan bangsa Dravida yang tinggal di kota-kota dan yang mengusahakan pertanian serta menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya bisa dikatakan lebih primitif. Misalnya saja bangsa Arya belum mempunyai patung-patung dewa sedangkan bangsa Dravida sudah[8].
III.    Runtuhnya Peradaban Mohenjodaro
Menurut Mitchael Witzel seorang guru besar di Universitas Harvad dalam buku The Home of Aryans tahun 1750 sebelum Masehi, peradaban Harappa mulai mengalami perubahan baik dalam sifat manfaat maupun lingkungan kotanya. Barang-barang yang ditemukan sebelumnya sudah lenyap dan rumah-rumah mengecil. Di sebelah selatan Mohenjo-daro dekat Indus yaitu kota Chanhu-daro merupakan golongan kota yang mengalami kehancuran peradaban Indus, yang disebut sebagai kota yang bernama Jhkar dan Jhanger.
Lanjutnya, tahun 1700 peradaban Indus yang pernah berjaya itu berakhir, disebabkan karena banjir akibat gerakan bumi. Perhiasan ditemukan pada tempat yang tinggi di Mohenjodaro, alat masak ditemukan berserakan dan kepingan tiang telah terbakar,ditemukan juga beberapa kerangka orang yang melarikan diri waktu terjadi bencana atau waktu dibantai oleh penjajah. Begitu pula dengan Harappa telah sangat hancur, kota kerajaan dengan benteng yang sangat menakjubkan telah hilang dan lenyap secara drastis[9]. Jadi sebelum bangsa Arya melakukan invasi ke Peradaban India Kuno, perabadan disana sudah hilang.
IV.    Interaksi Peradaban Bangsa Dravida dengan Bangsa Arya
Dimasa tertulisnya kitab-kitab suci Hindu, telah didiami oleh bangsa Arya. Bangsa itu berwarna putih, tubuhnya besar dan kuat. Mereka berasal dari Asia Tengah dan kemudian hari menduduki Iran, Mesopotamia dan Eropa Selatan. Sebagian dari bangsa itu pindah dari Iran ke India melalui pegunungan Hindu Kush dan menaklukkan bangsa asli di daerah Punjab atau negeri Lima Sungai. Mereka juga mendesak penduduk asli yaitu bangsa Dravida ke India bagian selatan. Lambat laun bangsa Arya itu bercampur dengan bangsa asli dari bagian India Tengah dan Selatan, ialah bangsa Dravida yang berwarna hitam.Kebudayaan bangsa Dravida mungkin lebih tua lagi dari pada kebudayaan bangsa Arya.[10]
Orang Arya mengukur kekayaan dari jumlah ternak yang dimiliki. Sekalipun tidak semaju penduduk asli India, mereka lebih tangguh. Mereka dikenal sebagai prajurit dan penjudi, senang memakan daging sapi dan minum anggur serta menyukai music, tari, dan perlombaan balap kereta perang. Perlahan, mereka pun menetap dan mengadopsi banyak cara hidup penduduk asli India, yaitu menjadi petani dan pandai besi. Padi adalah salah satu tanaman yang dibudidayakan. Sebelumnya, bangsa Arya tidak mengenal padi, walaupun padi telah ditanam di lembah Sungai Indus[11].
Dalam bidang bahasa, seni dan sastra bangsa Dravida independen namun banyak terpengaruh oleh Bangsa Arya. Bahasa Sanskrit di bawa oleh bangsa Arya, rumpun bahasa Indo Eropa (Persia + Yunani+Latin+Inggris) Kesamaan arti rumpun bahasa Indo Eropa: pitâ (Sanskrit), patër (Yunani), pater (Latin), vater (Jerman), vader (Belanda),  father (Inggris). Semuanya berarti: ayah. Yang kemudian bahasa Indo Eropa sebagai bahasa ibu; setelah itu Hindi & Bengali. Bahasa Sanskrit eksis dalam tiga bentuknya masa Magadha ( abad 4 SM) [12]:

  • Sanskrit Brahmana
  • Sastra
  • Untuk politik, hukum, dan seni
  1. Kasta Brahmana (golongan pendeta, kasta tertinggi)
  1. Kasta Ksatria (golongan bangsawan dan prajurit),
  1. KastaWaisya (golongan pedagang dan buruh), dan
  1. KastaSudra (golongan petani dan buruh kasar).

Sanskrit lebih pantas dianggap sebagai eskpresi kesusastraan pada masa Weda karena Sanskrit dialeknya berbeda dengan Sanskrit yang berlaku di lokalitas lainnya.
Bangsa Arya merasa dirinya lebih tinggi dari pada bangsa Dravida. Untuk menjaga kemurnian darahnya, mereka menciptakan sistem kasta (warna) dalam masyarakat. Ada empat kasta (catur warna) di India, yaitu
Ada golongan yang paling rendah derajatnya, yaitu golongan budak yang disebutkasta Paria atau Candala[13].
V.       Interaksi Kepercayaan dan Agama Sungai Indus, Lahirnya Hindu
Jauh sebelum bangsa Arya masuk ke India Kuno, bangsa asli India, bangsa Dravida sudah memiliki kepercayaan. Obyek yang paling umum dipuja-puja orang nampaknya adalah tokoh“Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam ibu pertiwi, yang banyak dipuja orang di daerah Asia kecil. Dia digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga serta pada materi maupun jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan bentuk tokoh bertanduk, yang berpadu dengan pohon suci pipala. Seorang Dewa yang bermuka tiga dan bertanduk dijumpai lukisannya pada salah sebuah materi batu, dengansikap duduk dikelilingi oleh binatang. Tokoh ini dipersamakan dengan tokoh Siwa-Mahadewa pada zaman kemudian. Dugaan ini kemudian diperkuat oleh penemuan gambar lingam yang merupakan lambang Siwa[14].
Sebagai dampak dari berkembangnya budaya Indo-Eropa adalah munculnya Agama Hindu. Menurut sejarahnya, Agama Hindu mempunyai usia yang cukup tua dan panjang, dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh umat manusia. Kami mencoba mendefinisikan kapan dan dimana Hindu di sebarkan dan berkembang. Agama Hindu pada kelanjutannya telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks baik dalam bidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat, dan ilmu-ilmu yang lain. Sehingga kadang ada kesan rumit ketika kita berniat memahami ajaran Agama Hindu[15].
Perkembangan Agama Hindu di India pada dasarnya terjadi selama empat fase. Zaman Weda, zaman Bharmana, zaman Upanisad dan zaman Budha[16]. Zaman Weda disinyalir telah berkembang pada masa perdaban Mohenjodaro dan Harappa. Bukti yang menunjukan fase ini adalah adanya patung yang menyerupai perwujudan Siwa. Selain itu pada masa ini masyarakat India kuno juga telah menyembah dewa-dewa. Tetapi kepastian dimulainya fase Weda adalah pada masa Bangsa Arya berada di Punjab di lembah sungai Indus sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi.
Setelah terdesak bangsa Dravida akhirnya hijrah ke arah Selatan di dataran tinggi Dekkan, dan sebagian ada yang membaur dan berasimilasi dengan kebudayaan bangsa Arya. Bangsa Arya sendiri telah menyembah beberapa dewa, Surya (Dewa Matahari), Soma (Dewa Bulan),  Agni (Dewa Api), Indra (Dewa Hujan),dan Yama (Dewa Maut). Untuk memuja para dewa itu, orang mengadakan upacara sesaji. Kepercayaan bangsa Arya kemudian bercampur dengan kepercayaan bangsa Dravida. Hasil percampuran itu dikenal sebagai agama Hindu.
VI.    Kesimpulan
Bangsa Dravida yang merupakan suku asli di India kuno terdesak oleh datangnya bangsa Arya, Indo-Eropa sampai ke sebelah selatan India, di lembah sungai Indus. Pada mulanya bangsa Arya ini tetap mempertahankan kemurnian keturunan mereka, tetapi karena jumlah mereka semakin banyak sehingga melakukan persebaran penduduk hingga sampai di daerah Gangga yang ditempati bangsa Dravida dan terjadilah asimilasi dengan penduduk lokal setempat.
Bahasa Dravida yang independen, kemudian banyak dipengaruhi bahasa bangsa Arya akibat dari asimilasi. Bahasa Sanskrit, rumpun bahasa Indo Arya (Persia + Yunani+Latin+Inggris) Kesamaan arti rumpun bahasa Indo Eropa: pitâ (Sanskrit), patër (Yunani), pater (Latin), vater (Jerman), vader (Belanda),  father (Inggris). Semuanya berarti: ayah.
Dari hasil asimilasi lainnya, antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Dravida dan bangsa Arya ini lahirlah Hindu. Pada mulanya istilah Hindu digunakan untuk orang-orang yang tinggal di daerah lembah sungai Indus, yang merupakan hasil asimilasi atau sinkrestisme dari kebudyaaan dan kepercayaan bangsa Dravida dan bangsa Arya. Namun, istilah Hindu sekarang digunakan untuk orang yang menganut agama Hindu.

Daftar Pustaka
Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. Cet ke- I 1988.
Bull, Victoria (editor). New Oxford Dictionary. China : Oxford University Press. 2009
Erdosy, G. (ed.),The Indo-Aryans of Ancient South Asia. (Indian Philology and South Asian Studies, IPSAS) 1, Berlin/New York: de Gruyter. 1995.
Honing, A. G. Ilmu Agama. (diterjemahkan Koesoemosoesastro dan Soegiarto). Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Ibrahim, Asma. The Indus Valley Civilization.
Nigosian, S. A. World Faiths. New York : St. Martin’s press. 1990.
Noss , John B. Man’s Religion. New York :The Macmilan Company. 1949.
Rifa’I, Mohammad. Perbanding Agama. Semarang: Wicaksana. Cet ke – 5. 1980.
Schade, Johannes P. Encyclopedia of World Religions. New York: Concord Publishing. 2006
Syahrastani, Asy-, Muhammad. Al-Milal wa an-Nihal. Kairo : Maktabah, Juz II. 1968
Witzel, Mitchael. The Home of Aryans. New York : Harvad University Press.



[1] S. A. Nigosian. World Faiths. (New York : St. Martin’s press, 1990). h. 251.

[2] A.G. Honig Jr. Ilmu Agama. (diterjemahkan Koesoemosoesastro dan Soegiarto). (Jakarta: Gunung Mulia, 2005) . h.77

[3]Johannes P. Schade. Encyclopedia of World Religions. (New York: Concord Publishing, 2006). h. 273

[4] Chalcolithic adalah nama yang diberikan untuk periode di Timur Dekat dan Eropa setelah Neolitik dan Zaman Perunggu, kira-kira antara sekitar 4500 dan 3500 SM.

[5] S. A. Nigosian. World Faiths. (New York : St. Martin’s press, 1990). h. 254

[6] Victoria Bull (editor). New Oxford Dictionary. (China : Oxford University Press. 2009). h. 20

[7]Johannes P. Schade. Encyclopedia of World Religions. h. 73

[8] A.G. Honig Jr. Ilmu Agama. (diterjemahkan Koesoemosoesastro dan Soegiarto). 78-79

[9] Mitchael Witzel. The Home of Aryans. ( New York : Harvad University Press, )

[10]John B. Noss. Man’s Religion.( New York : The Macmilan Company, 1949) h. 97

[11] Mohammad Rifa’I. Perbanding Agama. (Semarang : Wicaksana, 1980). Cet ke – 5. h.  83-85

[12] S. A. Nigosian. World Faiths. h. 252

[13] Asma Ibrahim. The Indus Valley Civilization.

[14] G. ERDOSY (ed.),The Indo-Aryans of Ancient South Asia, (Indian Philology and South Asian Studies, IPSAS) 1, Berlin/New York: de Gruyter 1995. h 155-173.

[15] Johannes P. Schade. Encyclopedia of World Religions. h. 407

[16]Muhammad Asy Syahrastani. Al-Milal wa an-Nihal. (Kairo : Maktabah, 1968) Juz II. h. 10

Gambar di bawah ini merupakan peta India Kuno, persebaran ras Arya yang merupakan leluhur orang Iran dan Irak sekarang. Mereka berhasil mencapai India Kuno. Bangsa Arya menyerbu Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaibar. Bangsa Arya berasal dari dataran tinggi Iran (Parsi). Mereka sampai di daerah  Punjab atau daerah aliran lima sungai denganmengendarai kuda dan kereta.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts