1.
Pendahuluan
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi
agama besar dunia yang tidak hanya menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak
tetapi juga seorang Gandhi dan Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo
Ghose dan Krishnamurti, warga dunia yang sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah
agama universal. Apa yang telah terjadi atas agama Hindu ini tidak terlepas
dari ajaran agamanya juga tentang ke filsafatannya yaitu filsafat India.
Dalam konteks keilmuan bahasa
Sanskerta filsafat India ini dikenal dengan
istilah Sad Darshana yang
merupakan suatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh
seseorang baik moral maupun material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan yang
tertinggi dan abadi (moksa).[1]
Kata Darshanasendiri berarti “Melihat”, “pengelihatan” atau “pandangan”
Dalam ajaran Filsafat Hindhu darshana
berarti “Pandangan tentang Kebenaran”
Sad darshana berarti
enam pandangan tentang kebenaran yang mana merupakan dasar dari filsafat
Hindu.Adapun pokok pokok ajaran Sad
darshana antara lain:
1.SAMKHYA
2.YOGA.
3.MIMASA,
4.NYAYA,
5.WAISISEKA,dan
6.WEDANTA.[2]
Namun dalam makalah ini kami hanya
mencantumkan pengertian dari filsafat sankhya saja karena pembahasan mengenai
filsafat lainnya akan dibahas dalam pembahasan lain.
Adapun pengertian dari kata Sankya
berarti ”Pemantulan”, yaitu pemantulan falsafati. Oleh karenaitu aliran ini
mengemukakan bahwa orang dapat merealisasikan kenyataan terakhir dari filsafat
ini dengan pengetahuan.
Pembangun konsep dari filsafat ini
adalah Rsi Kapila yang diperkirakan hidup pada zaman sebelum Buddha.Sistem
filsafat Samkhya kadangkala dinamakan
pula dengan istilah Nir Iswara Samkhya tidak
menyebut nama Tuhan. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Kapila adalah
karenaTuhan itu sulit untuk dibuktikan. Inilah suatu pernyataan yang menarik
untuk diperbincangkan karena Samkhya mengakui
adanya Purusa (roh) sebagai asas tertinggi. Cukup banyak penulis yang
menyinggung tentang Samkhya dan dapat
kita nikmati sampai detik ini, salah satunya adalah Samkhya Karika yang ditulis oleh Iswarakresna.[3]
2.
Konsep Purusa dan Prakerti
Ajaran pokok dari samkhya ialah
bahwa adanya dua zat asasi yang bersama-sama membentuk realitas dunia ini yaitu
purusa dan prakrti, roh dan benda atau asas rohani dan asas bendani .[4]
Purusa adalah asas
bendani yang kekal, yang berdiri sendiri serta tidak berubah, berbeda dengan upanishad, samkhya tdak mengakui adanya
satu roh atau satu jiwa yang bersifat universal atau umum, yang kemudian dengan
bermacam-macam.
Sekalipun purusa tidak dapat diamati, namun ada dengan nyata hal ini
dibuktikan dengan:
1.
Susunan alam
semesta Menunjukan, bahwa beradanya alam semesta alam itu tentu bukan demi
kepentingan diri sendiri, melainkan demi kepentingan sesuatu yang berbeda
dengan alam semesta itu sendiri. Hal ini dapat disamakan dengan tempat tidur
itu sendiri, melainkan demi kepentingan orang yang akan menidurinya.
Demikianlah dunia berada bukan demi kepentingan dunia sendiri, melainkan untuk
kepentingan yang bukan bukan dunia, yang bukan benda yaitu roh, purusa.
2.
Segala
manusia berusaha untuk mendapatkan kelepasan. Hal ini mengharuskan kita
menyimpulkan, bahawa tentu ada sesuatu yang dapat mendapat kelepasan itu yang
tentu bukan yang bersifat badani yaitu purusa.
3.
Tiap hal
yang ada, berada secara sendiri-sendiri, artinya dilahirkan sendiri, mati
sendiri, memiliki organismenya sendiri dan seterunya.yang jika disimpulkan
banyak sekali individu, ada banyak sekali purusa.
Mengenai prakrti diuraikan bahwa prakrti
atau asas bendani adalah sebab pertama alam semesta, yang terdiri dari
unsur-unsur kebendaan dan kejiwaan atau psikologis. Sama halnya dengan purusa, prakerti juga tidak dapat
diamati, namun nyata-nyata ada. Bahwa prakerti
ada dengan kesimpulan yang diambil dari pertimbangan – pertimbangan
berikut:
1.
Tiap hal
yang ada di dalam dunia berifat terbatas. Apa yang bersifat terbatas bergantung
kepada sesuatu yang tidak terbatas, dan yang berdiri sendiri, yang menyebabkan
adanya hal-hal yang terbatas itu. Adapun yang bersifat tidak terbatas ituadalah
prakrti.
2.
Tiap hal
memiliki sifat-sifat tertentu yang juga dimiliki oleh segala sesuatu yang
lain.sifat-sifat itu umpamanya: kesenangan dan kesusahan. Hal ini menunjukan
bahwa ada satu sumber bersama yang mengalirkan sifat-sifat itu. Sumber itu
adalah prakrti.
3.
Segala
akibat timbul dari aktifitas suatu sebab aktifitas yang menyebabkan dunia ini
tentu berasal dari suatu sebab pertama.yaitu prakrti.
4.
Suatu akibat
tidak mungkin menjadi sebabnya sendiri. Oleh karena itu tentu ada suatu sebab
asasi. Yang menyebabkan adanya segala macam akibat itu. Sebab asasi itu tidak
lain adalah prakrti.
5.
Alam semesta
mewujudkan suatu kesatuan . adanya suatu kesatuan mewujudkan adanya suatu sebab
yang menyatukan. Yaitu prakrti.[5]
Menurut ajaran Samkhya ada tiga sumber pengetahuan yang benar (Tri Pramana). yaitu
Pratyaksa (pengamatan langsung), Anumana (didasarkan atas kesimpulan), dan
Sabda pramana (pernyataan). Tentang pengetahuan yangdidapat atas dasar Sabda
dapat dibagi dua yaitu Laukika =
kesaksian yang diberikan oleh orang yang dapat dipercaya; Waidika = kesaksian Weda.
Di dalam etika Samkhya tidak membedakan seseorang atas golongannya untuk
mempelajari kitab suci Weda. Setiap orang dianjurkan untuk mengendalikan
pikiran agar terjadi keseimbangan di dalam dirinya sendiri dan lingkungannya.
Menurut Samkhya pribadi yang tampak
bukanlah pribadi yang sebenarnya melainkan khayalan, pribadi yang sesungguhnya
adalah purusa atau roh itu sendiri.
Tujuan akhir dari ajaran Samkhya adalah kelepasan. Kelepasan dapat
dicapai oleh seseorang bila ia menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan dan badan jasmani.
Bila seseorang belum menyadari akan hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai
kelepasan. Akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang – ulang (samsara/punarbhawa). Jalan untuk
mencapai kelepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian
yang terus – menerus untuk merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti dan
cinta kasih terhadap semua mahluk (tatwam
asi). Dengan demikian Samkhya menekankan
pada jalan jnana dalam wujud wiweka [6] dan
kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari
jebakan prakerti (tri guna).
Filsafat Samkhya http://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/
samkhya-yoga/ fil safat-samkhya/
Intisari Sad Darshana Dan Hubungannya dengan
Sistem Ilmu Percandian Dalam Dunia Arkeologi http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html
Hadiwijono, Harun 1985, Sari Filsafat
India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang.
Suparta,
Ardhana . Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya:
Paramita, 2002
[1] Di akses dari http://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/samkhya-yoga/filsafat-samkhya/ padatanggal 18
oktober 2012
[2] Diakses dari http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html pada tanggal 18
oktober 2012
[3] Harun, Hadiwijono, Sari
Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985 .h 65
[4] Ardhana Suparta. Sejarah perkembangan
AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002. h. 43
[5]HarunHadiwijono,Sari
Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985. h. 68
[6] Wiweka
adalah perilaku yang hati-hati dan penuh petimbangan artinya tidak pernah
ceroboh dalam bertindak. Wiweka selalu mempergunakan akal sehat dan pikiran
yang fositif, serta selalu mengutamakan perbuatan yang baik dan menghindari
perbuatan yang tidak baik. Perilaku seperti ini patut diikuti dan dilaksanakan
oleh umat Hindu.
0 komentar:
Posting Komentar